Sekhah Efiaty, S.Pd.
Karakter bangsa dalam antropologi (khususnya masa lampau) dipandang sebagai tata nilai budaya dan keyakinan yang mengejawantah dalam kebudayaan suatu masyarakat dan memancarkan ciri-ciri khas keluar sehingga dapat ditanggapi orang luar sebagai kepribadian masyarakat tersebut
Karakter sekelompok masyarakat kecil yaitu masyarakat pendidikan juga akan mencerminkan bagaimana kebiasaan sehari-hari pada sekolah yang bersangkutan. Kita sebagai masyarakat pendidikan sering dibuat sedih oleh ulah sekelompok anak yang mengatasnamakan pelajar namun melakukan aktivitas yang tidak mencerminkan statusnya. Mereka ada yang terlihat tawuran, tidak sopan terhadap orang lain, berkata kasar dan jorok, serta melakukan tindakan yang menjurus ke arah kriminalitas. Kita tidak usah menuding siapa yang salah. Dalam hal ini, alangkah baiknya apabila kita langsung bertindak sesuai dengan batas-batas toleransi sosial yang berlaku di dalam masyarakat, terutama masyarakat pendidikan kita.
Sebenarnya banyak aktivitas sehari-hari yang sangat mudah diaplikasikan dalam pendidikan karakter dalam kehidupan sehari-hari di sekolah. Aktivitas tersebut dapat dijadikan pembiasaan sehingga warga sekolah tidak merasa berat dan terpaksa untuk melakukannya. Bahkan dalam waktu tertentu, apabila pembiasaan tersebut tidak dilakukan maka warga sekolah menjadi merasa ada sesuatu yang kurang. Bahkan mungkin mereka akan merasa tidak enak perasaannya. Beberapa aktivitas yang dapat dijadikan pembiasaan positif di sekolah antara lain adalah kebiasaan bersalaman antar warga sekolah saat mereka berpapasan. Pembiasaan lain yang dapat ditumbuhkan tentunya masih banyak, seperti misalkan mengucapkan salam saat bertemu sesama warga sekolah, melepas alas kaki saat masuk ke ruang tertentu, melepas tutup kepala saat berbicara dengan orang lain, tersenyum, menyapa siapa saja, terutama tamu yang datang ke sekolah dan lain-lainnya. Apabila hal ini sering dilakukan, maka saat kita tidak melakukannya maka kita akan merasa ada sesuatu yang kurang.
SMP Negeri 5 Yogyakarta sebagai sekolah yang menjunjung tinggi nilai-nilai sosial kehidupan bermasyarakat di lingkungan sekolah, telah lama melakukan pembiasaan-pembiasaan positif seperti tersebut di atas. Kebiasaan bersalaman merupakan salah satu pembiasaan yang dilakukan di SMP Negeri 5 Yogyakarta. Bahkan bapak ibu guru dijadwal untuk piket bersalaman pagi di depan pintu gerbang sekolah saat anak-anak datang pagi. Sebanyak tujuh guru secara bergiliran berdiri di depan pintu gerbang sekolah setiap paginya menyambut siswa dan warga sekolah lain. Dengan pembiasaan ini ternyata banyak nilai positif yang didapatkan dalam membangun karakter warga sekolah. Nilai positif yang terbentuk pada warga sekolah antara lain kita:
a. terbiasa melepas tutup kepala saat harus berhadapan
dengan orang lain,
b. menjadi murah senyum.
c. terkontrol untuk berpakaian rapih (baju atasan, baju
bawahan, jaket, sepatu, kaos kaki, tas dan segala
sesuatu yang dibawa)
d. terkontrol untuk berpenampilan wajar (rambut,
dandanan, asesories)
e. berlaku sopan
f. latihan bersabar (saat antri untuk bersalaman)
g. dan nilai-nilai positif lainnya.
Dengan pembiasaan-pembiasaan positif ini diharapkan pendidikan di Indonesia tidak hanya melahirkan ahli matematika, fisika, dan kimia, tetapi lulusannya tidak memiliki karakter. Keduanya sangat diperlukan dalam era kompetisi sekarang ini. Karena keduannya sangat diperlukan bukan hanya di lingkungan sekolah akan tetapi juga sangat diperlukan dalam dunia kerja nantinya. Semua instansi baik milik pemerintah maupun milik swasta dan juga perusahaan yang mensyaratkan nilai psikotes saat penerimaan pegawai dan karyawan baru di instansinya.
Semoga dengan adanya pembiasaan positif yang nota benene merupakan pendidikan karakter yang sedang didengung-dengungkan di Indonesia, maka diharapkan pada masa yang akan datang akan lahir bangsa Indonesia yang berkarakter konstruktif, dan pada akhirnya akan tercapailah kehidupan yang aman dan nyaman.
Pendidikan Karakter Dalam Proses Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran terdapat banyak celah di mana seorang guru bisa mengintegrasikan nilai-nilai positif terhadap memori siswa. Mata pelajaran apapun yang diampunya tidak ada alasan untuk tidak bisa disisipi satu saja nilai positif yang berlaku di masyarakat Indonesia. Oleh karena itu kreativitas seorang guru dalam mengintegrasikan pendidikan karakter positif sangatlah diperlukan. Hal ini sangat bermanfaat dan wajib diberikan mengingat setiap siswa memiliki latar belakang keluarga dan lingkungan yang berbeda. Apalagi jika seorang siswa memiliki bakat karakter yang mudah dipengaruhi oleh hal-hal eksternal yang negatif. Oleh karena itu marilah sebagai pendidik kita dituntut untuk selalu membimbing calon anak bangsa ini agar mereka kelak akan menjadi orang yang memiliki nilai-nilai sosial yang berlaku di lingkungan bangsa Indonesia yang rendah hati, ngayomi, dan membuat rasa nyaman bagi sekitarnya. Tentunya hal ini dilakukan dengan tidak mengurangi logika berfikir kita yang memang diciptakan sedemikian rupa oleh sang pencipta untuk mengatasi kerasnya hidup ini.
Bagi kita pendidik di seantero Indonesia, mari kita mulai langkah-langkah pembelajaran di kelas dengan mengintegrasikan Pendidikan Karakter Bangsa ke dalam setiap proses pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas.Berikut saya sertakan Buku Panduan Pendidikan Karakter
Sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Karakter_bangsa
Tinggalkan Balasan